It’s
slightly different between when
you said you try and when you
really did try. One of them expects
the result instantly
and the other one expect the result with its struggle.
Use
your imagination to answer that fucking question!
Unbeliaveble..
*****
My
statement:
“Jika
pada kesempatan pertama saya mengatakan ‘iya’, maka dimanakah saya berada sekarang?
Jika pada kesempatan kedua saya
memilih untuk melanjutkan, maka bagaimanakah keadaaan saya sekarang?”
*****
Imagine, if the time travel is trully exist..
Kesempatan pertama
Mari
kita ke lokasi di mana seharusnya aku berkata ‘iya’. Aku cari lokasinya dan
kutemukan seseorang yang memberikan penawaran itu kepadaku.
Ketika ku hampiri,
dari arah berlawanan dari kejauhan ku temukan diriku yang memang berasal dari
waktu ini. Jika ku dahului diriku yang menjawab ‘tidak’ pada orang yang
memberiku penawaran, dan ku jawab ‘iya’ maka apa yang terjadi dengan diriku
yang berkata ‘tidak’? Akankah dia menghilang? Jika dia menghilang, apakah aku
akan melanjutkan kehidupannya? Jadi sebenarnya siapakah diriku yang asli
setelah ku rubah jawabanku? Siapakah yang lebih berhak untuk melanjutkan
kehidupan setelahnya?
Kesempatan kedua
Mari
kita ke lokasi di mana seharunya aku melanjutkan apa yang telah aku mulai. I
need some money but not much to continue. Uang yang ku bawa sudah ku pergunakan
sebagaimana hal yang diperlukan untuk melanjutkan perjuangan ini. Hal berikutnya
yang harus aku lakukan adalah stop tweeting and keep texting. So clear and straight
to the point.
Pertanyaan
yang sama akan terulang. Bagaimana aku menghentikan diriku pada waktu itu untuk
tidak melakukan tindakan-tindakan bodoh? Bayangkan aku mampu menghentikannya
dengan cara menyekapnya, lalu menguncinya di dalam toilet. Lalu tindakan
kriminal telah ku lakukan dan tentu saja aku segera ditangkap. Walau segala
usahaku berhasil, berikutnya aku yang berasala dari waktu itu akan mendapat
buahnya dan aku berada dipenjara. Seharunya siapakah yang berhak atas segala
usaha itu?
Paradoks pertama :
Siapakah yang asli?
*****
Imagine, if the time travel is trully exist..
Kesempatan pertama
Mari
kita ke lokasi di mana seharusnya aku berkata ‘iya’. Aku cari lokasinya dan
kutemukan seseorang yang memberikan penawaran itu kepadaku.
Aku
menghampiri seseorang yang memberiku penawaran itu. Aku jawab ‘iya’ untuk penawarannya.
Konsekuensi dari masa lalu yang berubah adalah diriku yang berasal dari waktu
itu menghilang karena dia tidak akan memiliki masa depan karena keputusan yang
diambil berbeda.
Semua tampak
sempurna. Hidup dengan orang yang memberikan penawaran itu sungguh sangat
menjajikan akan kebahagian dan kejutan kecil yang menggilitik namun
menyenangkan. Walau ombak terkadang menghempas cukup keras, namun secara garis
besar kehidupan kita menyenangkan.
Ditengah
semua kesenangan itu timbul pertanyaan dibenakku. Bagaimanakah dunia yang aku
tinggalkan dari masa depan itu? Apakah menghilang? Atau mereka tetap ada dengan
banyaknya poster tentang kehilanganku yang misterius ke masa lalu itu? Jika memang
kehidupan itu tetap ada dan timbul parallel world, maka sebenarnya apakah aku
benar-benar mengubah hidupku atau aku hanya lari dari kehidupan yang seharusnya
aku berada?
Kesempatan kedua
Mari
kita ke lokasi di mana seharunya aku melanjutkan apa yang telah aku mulai. I
need some money but not much to continue. Uang yang ku bawa sudah ku pergunakan
sebagaimana hal yang diperlukan untuk melanjutkan perjuangan ini. Hal berikutnya
yang harus aku lakukan adalah stop tweeting and keep texting. So clear and straight
to the point.
Hal yang
sama terjadi. Aku mengubah segalanya dan diriku yang berasal dari waktu itu
menghilang secara sendirinya. Kehidupanku tidak jauh berbeda. Semua tampak
sempurna. Hanya saja dengan orang yang berbeda. Kehidupan kita menyenangkan dan
penuh petualangan seru. Bersamanya aku keluar dari zona nyamanku untuk
mengetahui sari pati bahayanya dunia dan segala adrenalin seru yang ditawarkan.
Ditengah
kesibukanku menaklukkan keanehan dunia, pertanyaan yang sama muncul. Apakah aku
benar-benar mengubah kehidupaku? Atau aku hanya lari dari kehidupan seharusnya
aku berada dan malah memunculkan parallel world? Manakah dari sekian banyak
parallel world yang ada terdapat diriku yang asli?
Paradoks kedua:
Parallel World?
*****
Imagine, if the time travel is trully exist..
Kesempatan pertama
Mari
kita ke lokasi di mana seharusnya aku berkata ‘iya’. Aku cari lokasinya dan
kutemukan seseorang yang memberikan penawaran itu kepadaku.
Aku telah
merubah titik penentu, yaitu jawaban ku yang berawal ‘tidak’ telah berganti
menjadi ‘iya’. Aku lanjutkan kehidupan masa lalu ku. Detik berganti menit. Dalam
kurun waktu kurang dari 5 jam, kesempatanku yang telah aku ganti tersebut telah
menjadi pertemuan kecil pertama kami yang indah pada suatu konser di stadion. Stadion
yang selalu lebih penuh ketika ada konser daripada pertandingan klub sepak bola
kota ini sendiri. Sepak bola di kota ini mati, itulah yang dapat ku gambarkan.
Hari berganti
bulan. Hubungan kami intens namun tak merubah apapun. Bulan berganti tahun. Seseorang
yang memberikanku penawaran tersebut keluar meninggalkan kota beku ini. Aku stuck
dan terjebak di sini. Bertahun-tahun kemudian aku menyadari. Tak ada yang
berubah. Aku tetap dikota beku ini seperti selamanya dan orang tersebut entah
ke mana rimbanya.
Pertanyaan
timbul dibenakku. Jika berakhir sama, lalu apa yang sebenarnya aku rubah?
Kesempatan kedua
Mari
kita ke lokasi di mana seharunya aku melanjutkan apa yang telah aku mulai. I
need some money but not much to continue. Uang yang ku bawa sudah ku pergunakan
sebagaimana hal yang diperlukan untuk melanjutkan perjuangan ini. Hal berikutnya
yang harus aku lakukan adalah stop tweeting and keep texting. So clear and straight
to the point.
Semua tujuanku
mudah saja aku lakukan dan segera saja perjuangku berlanjut dengan timbulnya
hubungan kami yang kontinyu. Singkat saja, hanya dalam hitungan bulan, dia
harus pergi menuju kota tropis dengan dua musim. Sungguh menyenangkan dengan
kehangatan yang akan dirasakannya sepanjang tahun. Sedangkan diriku, kota yang
selalu dingin ini terkadang membuatku kewalahan sendiri melawan hawa dingin
yang selalu dibawanya.
Sama saja.
Tidak ada yang berubah. Aku dengan kehidupanku dan dia dengan kehidupannya. Menyebalkan.
Sebenarnya apa yang telah aku rubah?
Ini sama saja
seperti waktu adalah aliran sungai yang deras, sedangkan usahaku untuk merubah
masa lalu adalah dengan cara melempari aliran sungai tersebut dengan kerikil. Yang
terjadi hanyalah riak kecil, namun aliran sungai tetap akan mengalir ke mana
seharusnya dia mengalir.
Paradoks ketiga:
Waktu seperti aliran sungai?
*****
Sekarang inilah
aku, berkontemplasi untuk memikirkan tentang “Imagine, if the time travel is
trully exist..” dan efeknya yang akan terjadi dengan statement awalku:
Jika
pada kesempatan kedua saya memilih untuk melanjutkan, maka bagaimanakah
keadaaan saya sekarang?”
Hal pertama
yang harus kita pahami bersama adalah, jika aku memang benar membuat perubahan
pada kesempatan pertama, maka kesempatan kedua kemungkinan tidak akan datang. Namun,
jika aku merubah kesempatan kedua maka kesempatan pertama tidak akan dapat aku
rubah. Memilih. Itulah yang harus aku lakukan. Merubah kesempatan pertama atau
merubah kesempatan kedua.
Seperti yang
telah ku sampaikan, andaikan aku merubah kesempatan pertama. Di manakah aku
berada sekrang? Jawaban yang cukup sulit. Namun aku perkirakan aku tidak akan berada
di kota beku yang seperti senantiasa ditutupi es ini. Dia menghilang meramba
dunia. Maka aku akan di mana dia sekarang.
Dapat ku
perkirakan hubungan yang menyenangkan, damai, tenang, dan kejutan-kejutan kecil
yang menghibur. Beberapa guyonan lucu sambil menikmati keindahan hidup yang
sederhana dan bersahaja akan menjadi topik utama dalam kehidupan kami.
Namun,
jika aku merubah kesempatan kedua, bagaimanakah keadaan aku sekarang? Satu hal
yang dapat hampir aku pastikan adalah aku akan jauh lebih ceria dan membahana
dalam berbicara akibat dari adrenalin yang aku ambil di setiap kesempatan
kehidupan kami. Bisa saja kami tetap di kota beku ini, namun apakah kalian
tidak akan menggadaikan apa saja untuk menikmati keindahan dan bahayanya dunia?
It’s okay to stay in town.
Dapat ku
bayangkan kehidupanku juga yang penuh dengan kepuasan karena tidak menanggung
malu akibat berhentinya perjuangku di tengah jalan. Aku akan dapat menegakkan
kepala dan berkata, “I’m the fighter. Do what I believe ‘till the end!”. See? Hanya
dengan membayangkannya saja aku sudah dapat membayangkan perubahan-perubahan
yang mungkin terjadi dalam hidupku.
Namun apapun
itu, kesempatan pertamaku dan kesempatan keduaku menawarkan hal yang berbeda,
walau ombak kecil terkadang menerpa kapal kehidupan kami, kita tetap menjalani
kehidupan dengan rasa dan bau kesenangan yang berbeda. Semua hal tersebut hanya
dalam bayangan imajinasiku. Namun marilah kita beralih kehidupan saat ini.
Inilah aku.
Di manakah aku sekarang berada? Kota dingin yang hampir selalu diselimuti es
dengan klub sepak bolanya yang mati. Bagaimanakah keadaanku sekarang? Menundukkan
dan mengawasi jalan yang aku tempuh jauh lebih menyenangkan daripada menjumpai
orang-orang yang mengetahui bahwa aku berhenti ditengah perjuangan. What a
shame. Sungguh menyedihkan memang, namun lihatlah lebih dekat lagi.
Sekarang
kehidupanku bersama seseorang yang berusaha untuk mengerti segala kekuranganku.
Sulit dibayangkan bagaimana cara kami bertemu, namun dengan segala kajaiban
dunia dan kejutan kecil yang selalu dibuatnya, kami sekarang bahagia. Aku tak
perlu untuk berubah menjadi sok sederhana dan bijaksana atau berubah menjadi orang
penuh semangat api dengan busungan dada yang percaya diri dan membanggakan. Aku
cukuplah menjadi aku dengan segala perjuangan hidup untuk mencapai fitrah dan keinginan
yang ingin aku capai.
Aku tetap berada di kota beku juga
bukan masalah. Disetiap kami ada waktu maka kami akan pergi menuju kota lain. Aku
tidak menikmati adrenalin akibat bahayanya dunia juga bukan masalah. Setiap kami
ke kota lain kami berusaha menaklukkan tantangan-tantangan kecil yang
ditawarkan kota tersebut. Lengkap. Itulah hidupku sekarang. Dan yang paling
penting adalah aku telah menjadi aku.
*****
It’s
slightly different between when
you said you try and when
you really did try. I really did try, and I know the struggle to get my
result from my question.
And
I use my imagination to answer my question.
And the result is....unbeliaveble.
*****
Wait a minute,
Jika
jauh sebelum kesempatan pertama datang aku tetap mengejar orang tersebut, maka
akankah aku membuat sejarah dunia berubah?