Memang benar sekali jika SMA itu masa yang…aduh luar
biasalah. Walau aku masih SMA, tapi aku sudah bisa merasakan rasanya SMA. Hm,
yaiyalah, kalo belum SMA ya belum bisa ngerasain masa SMA. Okay, back to the topic,
karena di SMA kita semua bisa tahu yang namanya anak muda dengan semangat
berapi-api tentang segala sesuatu. Mulai semangat membara tentang membangun
Indonesia, semangat membangun masa depan, hingga semangat membangun rumah
tangga yang sakinah. Waduh.
Di masa SMA pula kita seperti anak yang mulai secara
perlahan apa itu yang namanya dunia. Hingga kita menyadari apa itu yang namanya
“hidup tak semudah angan”. Namun asiknya, walau semakin banyak
kenyataan-kenyataan yang menyadarkan kita akan yang namanya dunia itu kejam,
kita tetep kekeuh punya semangat berapi-api. Itu asiknya.
Sebentar, tapi kali ini kita gak akan bahas masa SMA, bro. Karena nanti ada ceritanya sendiri
(semoga penulis bisa dapet ilham untuk membuat FHU! It’s Senior High Hell Yeah School, Man! Amin). Tapi kali ini
kita akan bahas apa itu, yang saat itu, aku, penulis geje, saat sedang SMP.
Jika teman-teman lihat profilku, yang bisa diklik aja di
sini My Profile. Maka teman-teman akan tahu bahwa aku alumni SMP Negeri 6 Surabaya. Sebenarnya
tujuanku ngasih link profil adalah dengan harapan dapet follower atau friend
baru, hehe.
Okay, SMP Negeri 6
Surabaya atau julukannya Spensix. Secara objektif (InsyaAllah) adalah salah
satu SMP yang cukup terpandang dan favorit di Surabaya, bersama SMP-SMP lain,
seperti SMP * Surabaya, SMP * Surabaya, SMP ** Surabaya, SMP ** Surabaya, dll.
Maaf, saya tak bisa sebut merek karena saya ndak dibayar untuk menyebutkan nama
mereka. Tapi kalo Spensix pengecualian, aku alumni sana man! Dan aku bangga, bukan show
off, tapi cuman mau promosiin SMP 6 Surabaya, itu aja.
Nah, itu pandangan objektif, pandangan subjektifnya gimana? Yeah, you know, banyak sekali SMP-SMP
lain mengejar akademik doang. Tapi Spensix beda gays! Salah, guys! *typo,
maap-maap. Spensix itu sangat ngimbangin akademik dan non-akademiknya. Lebih tepatnya
Spensix ngarahin ke musik. Maklumlah, Ahmad Dhani, yang controversial dan senang bikin ulah ndak perlu itu, adalah alumni
SMP 6 Surabaya! Bukan sombong, fakta. Suer. Nah, jika teman-teman ada yang
bingung mau masuk SMP mana, maka SMP 6 Surabaya merupakan pilihan yang paling
tepat. Dengan tidak mengurangi rasa hormat pada SMP lain yang ada di Surabaya, no offense, no heart feeling, it’s just an
advice ^_^v
******
SMP, itu masa di mana kita merasa
sudah besar banget. Padahal yah, masih aja anak kecil. Jadi SMP itu asiknya,
walau kita masih kecil dan belum bisa melihat dunia yang sebenarnya, tapi kita
bisa sesumbar apapun seakan kita sudah begitu sangat dewasa, hahaha. Asiknya
lagi, hidup ndak banyak sedihnya, bro.
Kehidupan pun masih sangat simple ndak
kayak SMA yang harus mikirin ini-itu, itu-ini, aku-kamu, kamu-aku, yang ini
digarap dulu, yang itu digarap nanti, dan tetek bengeknya. SMP, sangat simple dengan penuh kesombongan seakan
telah besar, hahaha.
Aku waktu masa SMP dulu pun
sangat simple, mempunyai rutinitas
yang sama tiap harinya. Berangkat dianter, Istirahat 1 ngapelin kelas
pacar, istirahat 2 makan siang, main, trus pulang naik angkot. Sooooo…..simple! Every day! Ya, mungkin
jika teman-teman masih waras dan berpikiran normal, ndak sepatutnya pacaran.
Tapi waktu itu saya ndak waras dan berpikiran ndak normal, jadi mohon maaf ya.
Pertanyaannya satu, apakah sekarang saya waras dan berpikiran normal?
Okay, aku waktu SMP gila. Tapi bukan berarti aku tidak memberi sumbangsih
pada almamater. Sedikit info aja, pada saat kelas VII, Open Air (acara musiknya
Spensix), band-ku juara II. Aku waktu itu kebetulan jadi vokalisnya. Lalu, aku sedikit
mahir di otak-atik elektonik saat itu. Dan yang paling mencengangkan, dengan
kegilaan yang kupunya saat itu, aku berprestasi di olimpiade! Olimpiade konyol
tentu saja.
Nah, klimaksnya adalah saat
rutinitas itu mulai tergores, terluka, terbuka, dan hancur berantakan. Aku,
putus. Ecieeeee…..gue waras man,(waktu
itu, sekarang?) huahahaha. SMP adalah
masa yang kelam, you know. It means pacaran
itu kelam, membuatku bukan jadi anak orang tapi jadi anak monyet. Akhirnya istirahat
1, aku alihkan pandanganku pada kantin. Gagal, ku alihkan pandanganku pada lapangan
dan futsal. Gagal, ku alihkan pandanganku pada….capsa. Berhasil! Permainan
kartu yang sangat popular membahana, bagi aku waktu itu. Jadi kalo saya ndewo luar biasa pada permainan kartu,
mohon maaf ya, karena aku bahkan main capsa saat pelajaran bro!
Dan yang membuat asik adalah….I was breaking the rule. Aku mbawa motor
ke Spensix. Ya tahulah, SMP mana boleh bawa motor. Hingga akhirnya aku parkir motorku
di……eits, maaf ya, saya ndak akan mbuka rahasia perusahaan, kasihan teman-teman
yang sekarang lagi mbawa motor ke Spensix. Ndak bisa hidup nanti boi…
Begitu indah. Serasa kemenangan
yang wow sekali. Jika aja ada back sound lagunya Van Hallen yang judulnya Sweet
Victory, maka aku akan puter lagunya Muse – Survival berulang-ulang. Ndak nyambung?
Geje? Pengen nggebukin penulisnya? I know.
Gak usah dibesar-besarkan, itu israf
namanya. Okay, take it easy, don’t be mad……
So, rutinitas yang dari berangkat dianter, Istirahat 1 ngapelin
kelas pacar, istirahat 2 makan siang, main, trus pulang naik angkot berubah
menjadi berangkat naek motor, istirahat 1 capsa, istirahat 2 makan capsa, main
capsa, trus pulang naek motor sambil capsa. Ya ndaklah, mati ding. Pulangnya
normal, naek motor biasa. Dan aku sangat enjoy
sekali dengan rutinitas simple ala
SMP waktu itu. Dan ternyata, dengan rutinitas yang berganti itu, mampu merubah
ku dari anak monyet menjadi anak setan……
ngapelin kelas pacar lho yoooooooo :))))))
BalasHapusSudahlah..masa lalu bu. haha
Hapus