Salah satu guruku pernah bercerita. Bahwa dulu sekitar
tahun....tahun berapa lupa. Yang penting sudah dulu banget. Ada seorang artis
terkenal, yang tentu aja terkenal pada jaman itu, sedang jalan-jalan di mall. Lalu ada seorang ibu-ibu, tanpa
liat kiri kanan, mendatangi itu artis ketika di mall. Nyerocos bentar, terus nampar itu artis di mall, di tempat umum.
Si artis terpana, lalu dengan gerakan slow motion....ya ndaklah ya. Si artis cuman bengong aja. Hingga
akhirnya di usut dan di proses deh si ibu-ibu itu. Lalu si ibu-ibu ketika
ditanyai alasan mengapa menampar si artis, si ibu-ibu menjawab, "Dia itu
kurang ajar. Coba lihat, gara-gara dia, si lakonnya dalam sinetron ini jadi
sengsara."
Wow! Unbelievable!
What god damn, you know. Tapi kawan, tahukah kau apa yang dilakukan si
artis? Dia cuma tersenyum, dan diam saja. Tanpa menuntut secara hukum si
ibu-ibu. Tahu alasannya? Alasannya simple,
si artis mengatakan bahwa aktingnya tersebut telah berhasil. Buktinya ada yang
menganggap peran antagonisnya itu nyata seperti aslinya. Dan ia bangga akan
kemampuan aktingnya hingga akhirnya tidak menuntut apapun pada si ibu-ibu.
Padahal, sebenarnya bisa saja tu artis nuntut, karena itu seperti penganiayaan,
di tempat umum pula, diliatin orang pula. Malu kan man kalo kayak gitu.
Mungkin itu juga perasaan yang sama yang dirasakan oleh
seorang penulis. Maaf ya, bukan maksudnya gimana, tapi kau tahu teman, tak
segalanya fakta, dan tak selamanya palsu yang ditulis oleh penulis. Bukan
panelis lho ya, kalo panelis beda lagi. Hoho, gak nyambung ya. Gak lucu juga
ya. Maaf ya, maunya sih membuat teman-teman ketawa, tapi sungguh ironi, aku gak
nemu bahan buat ngelucu. Sorry, aku
hanya pengen buat kalian tersenyum guys :’<
Penulis hampir sama halnya dengan artis. Mereka mempunyai
dunia nyata, dan dunia peran (kalo penulis mungkin dunia imajinasi ya lebih
tepatnya). Artis, biasanya sangat mendalami perannya hingga menunjukkan kesan
itu bukanlah suatu akting, namun kehidupannya nyata. Padahal ya tetep aja, itu cuman
akting, pura-pura doang. Dan penulis pun juga seperti itu, menceritakan apa
yang ia imajinasikan hingga menimbulkan kesan itu sebagai sesuatu yang
benar-benar nyata. Penulis tenggelam di dalam imajinasinya, menghirupnya dan
membungkusnya dengan rangkaian kata.
Honestly, when some
people took my story so serious as real as my life, well...what can I say? It's
cool!!!! Well, actually I was shocked. But I’m happy, and it's cool. Kawan,
tidak semuanya fakta. Ada beberapa yang fakta, ada yang hanya guyonan, dan ada
juga bumbu tambahan yang sama sekali sampah tidak ada sangkut pautnya sama
dunia nyata, sehingga akhirnya imajinasi yang terbentuk dalam batok kepala ini
membentuknya menjadi suatu cerita komedi yang menurutku lucu. Semoga
teman-teman juga menganggap lucu komedinya, amin. Inget guys, aku hanya ingin membuat kalian tersenyum :’<
Kawan, sungguh saya sangat senang ketika ada yang meyakini
itu benar-benar nyata. Bahkan kalo bisa diumumin lewat radio, jangan, lewat
televisi, atau...terserahlah, yang penting media massa bahwa saya senang. Tapi apa
yang bisa ku katakan? Tak semuanya itu fakta. But thank you so much guys,
because you feel so interested on it when you read it.
Lalu teman-teman pasti timbul pertanyaan, mana yang fakta
dan mana yang hanya bumbu tambahan? Iya ndak? Sudah, iya ae lho, biar ini crita
tambah panjang, hehe. Well, like a magic.
Kau akan terpana ketika tidak tahu rahasianya. Tapi kau akan bosan ketika sudah
tahu trik sulapnya. Semudah itu alasannya. Hahaha. Terima kasih banyak, kawan.
Eh jangan lupa buka My Profile ya, lihat contact infonya,
simpen email saya (itu termasuk ym), klik follow pada profil twitter saya, klik
request as a friend pada facebook saya, trus kalo kamu cowo, please, jangan
ajak saya jalan berdua dengan Anda. Karena saya normal, tapi kalo bertiga
bolehlah :* He ndak he, saya normal. Semudah itu... ;)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar