Ada beberapa orang yang beranggapan bahwa orang yang gendut
biasanya lebih lucu (humoris) daripada orang yang kurus. Anggapan ini juga
diamini oleh salah satu guruku yang hebat luar biasa di SMAN 5 Surabaya, Bapak
Ali Mas'ud. Guru Bahasa Indonesia ini sangat menghargai orang lain, dan sangat
rendah hati kepada orang lain. Itulah yang membuat beliau berharga mahal,
karena bersifat murah. Seperti tweet-ku
kapan hari. Check it https://twitter.com/F54C Hehehe, promo account twitter euy, pollow yah :3
Oke, kembali ke masalah orang gendut dan orang kurus. Pak
Ali (panggilan beliau) pernah beberapa kali berbicara dengan saya dari depan
kelas sehingga satu kelas mendengar penyataan beliau,
"Mas Limpat, memang orang yang kurus seperti saya ini
susah untuk santai. Orang kurus seperti saya ini biasanya tipenya orang yang
serius. Namun saya harus bisa ngikuti perasaan anak-anak, Mas Limpat."
Buset, dari pemilihan katanya saja saat beliau berbicara
sudah menunjukkan bahwa beliau sangat rendah hati. Sangat mahal, Kawan. Beliau
seperti padi, semakin berisi, semakin merunduk, semakin mahal. Haha, ale. Dan
saya pun menjawab pernyataan beliau dengan ale,
"Inggih, Pak."
Sebenarnya ndak ale sih, biasa aja.
Entah mengapa beliau jika bicara tentang gendut-gendut kayak
gitu tadi, bicaranya sama saya. Mungkin karena sama-sama kurus kali ya. Hehehe,
tahulah betapa kurusnya diriku. Kayak tulang tok euy, makanya minta do'anya
biar saya tambah ganteng. Ndak nyambung? Pengen mukul kepala penulis pake balok
kayu? Hold on, that's criminal. Tapi itu bisa jadi pengalaman yang tak
terlupakan!
Tanpa mengurangi rasa hormat kepada Pak Ali, saya sebenarnya
tidak terlalu setuju dengan pernyataan beliau. Itu berarti saya juga tidak
terlalu setuju dengan anggapan beberapa orang yang mengatakan bahwa orang
gendut biasanya lebih lucu daripada orang kurus. Karena saya walaupun kurus,
saya woles-woles aja tuh. Itu membuktikan bahwa orang kurus seperti saya
sebenarnya ndak serius melulu kerjaannya. Dan saya juga seneng guyonan. Namun tidak
bisa dipungkiri bahwa fakta dilapangan membuktikan bahwa orang gendut atau
orang lebih berisilah biasanya lebih menggelitik perut orang daripada orang
kurus.
Sebenarnya saya sudah memikirkan ketidaksetujuanku ini sejak
lama, karena saya masih tak bisa juga menemukan fakta yang mengatakan bahwa
orang gendut lebih humoris. Namun bukan berarti saya minta crash sama orang-orang yang mengatakan bahwa orang gendut lebih
lucu. Saya hanya berpendapat saja. Justru dengan perbedaan, termasuk perbedaan
pendapat membuat dunia lebih indah, lebih menarik, dan tidak membosankan. Dan dengan
perbedaan pula kita bisa saling mengenal satu sama lain. bisa di cek tuh di QS.
Al-Hujuraat ayat 13
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa
- bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Waduh, kok maleh khtobah.
Ndak, maksud saya gini. Paling tidak saya harus menemukan
fakta atau pemikiran yang bisa dibuktikan dengan logika sehingga pernyataan
orang gendut lebih lucu daripada orang kurus itu bisa diterima. Jika teman-teman
heran mengapa saya repot-repot memikirkan hal sepele kayak gini, jawabannya
mudah. Pertama, saya kurus. Kedua, orang kurus (saya) dikatakan lebih tidak
lucu daripada orang gendut. Jelas ini diskriminasi! Orang kurus juga punya hak
untuk lucu dan humoris! Saya tak terima, saya ini orang kurus! Mau apa loe?! Ha?!
HA?! Gak terima loe?! Emosi gue ini, ini diskriminasi. Gue laporin Komnas HAM
digrepe-grepe ntar loe. Hahaha, ndak ya. Guyon. Alasannya….ndak tahu, saya
sendiri juga bingung kenapa mikirin hal sepele kayak gini. Entah mengapa otak saya
ganjil. -,-
Namun akhirnya ada suatu kejadian. Masih saya ingat waktu
itu hari Minggu, saya melihat show kompetisi
Stand Up Comedy di salah satu stasiun televise di Indonesia. Ya di
Indonesia-lah masak mau di Hongkong. Loe pikir gue orang Hongkong?! Gue orang
kurus! Mau gue bawa ke Komnas HAM gak loe?! Oke, maaf. Ini sisa emosi di paragraph
sebelumnya. Oke, di show tersebut ada
satu kontestan yang berbadan tambun (baca : gendut. Puas loe semua?! He. He.)
dan dia kontestan yang menurut saya cukup menjadi competitor yang kuat. Itu berarti
humornya kuat juga. Tak kurang dari tiga kali ngakak saya melihat aksi stand up comedy-nya yang hanya lima
menit.
Setelah aksinya selesai, tiba-tiba otak logika saya
berdenting dengan keras dan menyadari sesuatu. Orang-orang yang mellihat aksi stand up comedy orang tambun tadi
sebenarnya sudah tertawa sebelum si tambun ngebanyol dalam aksinya. Bahkan orang-orang
sudah tertawa ketika si tambun mengucapkan salam pembuka. Dan saya menyadari
pula bahwa gesture tubuh dan bentuk
tubuh dari si tambun lah yang membuat orang-orang tertawa. Itu pertama, itu
fakta pertama yang membuat pernyataan orang gendut lebih lucu menjadi lebih
masuk akal.
Lalu diriku juga berpikir bahwa orang gendut yang dari
balita sudah gendut badannya akan selalu dikatakan orang-orang, “Eh anaknya
lucu ya..” “Aduh lucunyaa…” “Adu lutunaa..sini pipinya cubit dulu..” dll. Itu tak
lain dan tak bukan merupakan proses dari labeling,
salah satu teori dalam ilmu
sosiologi. Sehingga terpatrilah di otak si anak gendut hingga dewasa bahwa dia
merupakan orang yang lucu, orang yang humoris. Sehingga ketika dia berpikiran
seperti itu, maka Allah pun memberikan sesuai dengan pemikirannya. Bukankkah Allah
selalu mengikuti prasangka hamba-Nya? Dan bandingkan dengan orang kurus,
apalagi yang dari balita sudah kurus (eh, tapi gue pas balita gendut lho. Ndak percaya?
Sumpah!). Sangat tidak mungkin orang mengatakan, “Eh, lutuna..sini cubit dulu
pipina…” paling-paling yang ada bilang gini, “Aduh jeng, pipinya kok ada di
bokong sih?” Oke itu brutal, I know. Sehingga secara tak laangsung
orang kurus jarang beud dibilang lucu.
Dan itu tadi bukti kedua, atau pemikiran logika kedua yang
bisa membuat pernyataan orang gendut lebih lucu (humoris) dari orang kurus
lebih bisa diterima lagi. Walaupun saya pribadi, tidak sepenuhnya sependapat
dengan pernyataan tersebut.