14 Nov 2012

Salam Series : Hobby

Salam sebagai manusia biasa yang juga punya hidung, pasti bisa melihat. Walau sedikit tidak nyambung namun anggaplah itu sebagai joke. Walau joke-nya tidak lucu, saya sebagai penulis menganggap pembacanya tertawa. Sebenarnya inilah, contoh miris yang nyata.

Oke, kembali kepada Salam. Karakter yang baru saja diciptakan oleh penulis ini akan memulai petualangan pertamanya dalam judul Salam Series : Hobby. Dari judulnya saja, kita sudah bisa menerka bahwa entri ini akan menceritakan tentang hobi dari Salam. Nah, bagi para pembaca yang menerka seperti itu maka Anda salah besar. Kita tidak akan membaca hobi dari Salam! Kita akan berpetualang dengan Salam mengenai hobinya! Sulit dimengerti? Sabar, lanjuutkan bacanya dan kita mulai saja petualangannya.

Sudah menjadi sifat alami manusia untuk menyenangi sesuatu dan mengerjakan sesuatu, itulah yang kita sebut hobi, dan setiap manusia biasanya memiliki hobinya sendiri-sendiri. Banyak sekali contoh hobi di dunia ini , seperti hobi membaca, hobi memancing, hobi berolahraga, dan hobi-hobi lainnya, bahkan yang absurd-absurd pun banyak. Salah satunya hobi milik Salam.

Hobi Salam adalah bertualang. Jangan dimaknakan secara harfiah, jangan berpikir hobi Salam yaitu krasak-krusuk keliling hutan, layaknya Diego The Explorer. Yah, itulah akibat terlalu sering menonton Dora dan Diego secara terus-menerus. Saya sebagai penulis menyarankan Anda jika punya anak, untuk jangan membolehkan anak Anda melihat acara itu. Bagaimana tidak? Tujuan sudah di depan tapi malah tanya bolak-balik, "Di manakah candi itu? Di manakah candi itu? Di manakah candi itu?" Persis kaset rusak.

Ya, Salam sangat senang berpetualang, keliling melihat keadaan sekitar. Mislanya saja berkeliling kota dengan sepeda motor dan melihat kehidupan di kota. Tak jarang juga Salam sering naik angkot dengan sengaja untuk melihat bagaimana masyarakat ini sebenarnya. Tujuan Salam mudah saja, dalam petualangannya berkeliling melihat keadaan sekitar, Salam melihat bahwa banyak orang-orang yang ternyata tidak seberuntung Salam. Dia melihat di jalanan orang berjualan korang dengan bagian tubuh yang tak lengkap. Salam melihat orang-orang berdiri di atas kali hitam. Salam melihat tukang becak termangu menunggu rupiah datang yang dinanti anak-istri di rumah.

Salam menyadari bahwa motor yang selama ini dia gunakan berpetualang tak selayaknya dikeluhkan, karena telah melihat seorang bapak tua mengayuh sepeda dengan dua tas kresek besar berisi krupuk untuk dijajakan. Salam menyadari bahwa fisiknya yang kecil di sekolah tak selayaknya dikeluhkan, karena telah melihat seorang anak kecil berjualan kue dengan anggota tubuh tak lengkap di perempatan lampu merah. Salam menyadari, banyak orang diluar sana yang jauh lebih menderita dari pada dirinya.

Bukankah seharusnya kita juga menyadari bahwa kita seharusnya tak pantas untuk sedikit-sedikit berbicara, "Ah." "Capek." "Gara-gara ini." "Gara-gara itu." Sudah saatnya kita berhenti mengeluh, banyak orang di luar yang ternyata Allah memberikan cobaan yang lebih berat kepada mereka daripada cobaan yang terima. Dan  seharusnya, kita yang mendapat karunia Allah ini, membantu mereka.

Untuk Kau, di Sana

  Untuk Kau, di Sana
Ini Aku
Lama telah kukejar
Semua telah kulempar
Untuk dirimu,
Hanya dirimu,
Namun, acuh tetaplah jawabmu
Muak, kulempar diriku
Ini perempatan
Aku ke kanan,
Kau tetap di sana
Terserah mau ke mana.
by: Limpat & Dimbo