17 Des 2012

Aciaa

Cerita bermula ketika seorang pecinta lingkungan sejati berbicara dengan sahabat baiknya yang mempunyai pikiran nyeleneh. Pecinta lingkungan itu bernama Prince, dan sahabat baiknya yang mempunyai pikiran nyeleneh bernama Goffur. Mereka sedikit berbeda pendapat tentang penggunaan sepeda motor. Pembicaraan antara keduanya pun dimulai.

Prince  : "He, awakmu bawa motor?"
Goffur  : "Iyo."
Prince  : "Halah, omah sama kampus gak jauh amat pake motor. Mlaku, go green boi."
Goffur  : "He?"
Prince  : "Hemat, jamane saiki butuh dihemat. Kalo bisa jalan, jalan ae gak usah endel nggawe motor."
Goffur  : "Lhoo...saiki kalo ada motor tapi gak digawe iku jenenge gak bersyukur karo Allah."
Prince  : "......"

Keep smile :))

13 Des 2012

Rasa

Rasa

Daripada kau merasa pilu, tetap satu banding empat.
Hilang tak dapat satu, tapi tiga masih kau dapat.
Ini hanya pendapat, bukan paksaan hasrat.
                       *****
Bagi kau yang merasa, rasakan itu olehmu! Hahaha!
Kau pikir semua berasa? Semuanya biasa!
Hanya kau yang berprasangka.

                                                             Limpat S.

12 Des 2012

Tahukah Kau

Tahukah Kau

Tahukah kau?
Tak banyak kata kau ucap.
Tak banyak

Tahukah kau?
Tak banyak hal yang kau tahu aku.
Tak banyak hal

Tahukah kau?
Tak cukup tempat lagi buatmu
Karena semuanya penuh dirimu

Tahukah kau?
Tak habis pikirku akan kau

Tahukah kau?
Aku rindu 


                                                       by : Limpat S.

8 Des 2012

Salam Series : Band

Hari ini Salam akan memulai lagi petualangannya yang lain. Another absurd moment in his life. Jadi lansung kita mulai saja.

Salam menyadari bahwa dia dulu bukanlah orang yang se-enjoy sekarang. Tidak bisa bermain gitar, bass, maupun drum seperti sekarang. Walaupun sekarang bisa bermain kesemuanya dan semua basic saja, tidak ada yang expert, tapi itu merupakan berkah yang sangat ia syukuri. Dan betapa dia dulu adalah orang yang sangat kutu buku sekali. Bahkan wajah tak ubahnya buku. Pertanyaannya. Kapankah dulu yang dimaksud oleh Salam itu? Jawabannya adalah SD.

Di tengah lamunannya mengenang mimpinya akan mempunyai gitar, Salam menyadari bahwa kejadian di SMP-nyalah yang merubah dirinya. Sebuah tangan nasib yang mengarahkan Salam menjadi lebih baik ketika kelas VII pertama dulu. Walau baik dan buruk itu relatif tentang perubahan yang dialami seseorang, Tapi Salam tetap menganggap perubahan yang terjadi dalam dirinya merupakan perubahan yang baik.

Ini semua karena metode yang diterapkan di SMP-nya. Pentas seni. Dan setiap kelas di SMP-nya diwajibkan memberikan wakil band-nya. Sebuah metode (baca : budaya) yang sangat luar biasa. Karena SMP-nya sudah dengan sangat pasti, sangat jelas, ke mana akan mengarahkan anak didiknya. Semata-mata bukan hanya untuk akademik. Karena secara nyata pula, SMP-nya dalam hal akademikpun tak kalah dengan SMP lain. Salam menganggap SMP-nya merupakan SMP terbaik di dunia Tentu saja sangat subjektif. Itu pasti, karena Salam menuntut ilmu di sana. Hahaha.

Kompetisi pentas seni di SMP-nya ini benar-benar spesial. Karena juaranya ada tiga kategori, kelas VII sendiri, kelas VIII sendiri, kelas IX sendiri. Tentu ini sangat adil, mengingat kualitas skill yang berbeda setiap jenjaangnya.

Sebenarnya, Salam tak pernah tergabung dalam band kelasnya. Mengikuti perkembangannya sajapun tidak. Namun yang ia dengar satu, band kelasnya ingin mengganti vokalisnya. Salam tak ambil pusing sebenarnya yang menyanyi, yang ia tahu hanyalah akan mendukung kelasnya habis-habisan. Titik.

Namun, hari besar itupun tiba.
Dioco, bassist dari band kelasnya berkata, "Eh lam, kon gak pengen dadi vokale band'e arek dewe ta?" Mata Salam mendelik, keluar lima centi malah. "Hahahaha, sumpah? Lha Dio yo'opo?"
Dio merupakan vokalis band kelasnya saat itu.
Dioco, "Yo gampanglah. Ngkok Prima seng ngomong."
Salam, "He, tapi aku gak isok gitaran opo seng liyane lho."
Dioco, "Just do your job and...done."
Prima, gitaris band itu berkata, "Jam loro, Sebtu nang panorama. Oke?"
Salam masih mendelik lima centi, dan tubuhnya makin gepeng lima centi.....

Well, merupakan kejutan besar dalam diri Salam. Pertama, jelas-jelas dia seorang muka buku tulen dengan kacamata oval disekeliling kedua matanya. Kedua, gitar, drum, bass, keyboard, mic, merupakan hal asing baginya. Ketiga, tentu saja dia sungguh tidak enak hati dengan Dio. Mengingat jarak rumah keduanya pun hanya beberapa blok.

Sabtu, hari pertama Salam latihan. Well. Awkward. Clumsy. So ridiculous. Selama dua jam latihan pertamanya itu hanya mic yang ia pegang. Memalukan. Namun biarlah. biarlah seperti itu. Nasib akan membuat Salam jauh lebih absurd lagi.

Salam sampai sekarang masih ingat akan band pertamanya itu. "Most Wanted" itulah nama aslinya. Tetapi, entah kenapa nama itu tidak diperkenankan untuk mengikuti pensi di SMP-nya. Akhirnya untuk itu mereka menggunakan nama "7 Wonders". Tapi tetap, saat ada event lain mereka menggunakan Most Wanted. Hanya untuk pensi SMP-nya saja yang 7 Wonders.

Salam mungkin akan mengenalkan Dioco terlebih dahulu. Merupakan bassist band, awalnya seorang gitaris, namun karena kebutuhan band dia belajar bass dari awal. Dioco merupakan teman bimbel Salam saat kelas VI SD dulu. Jadi itulah mungkin kenapa Salam lebih mengarah kepadanya saat awal-awal bergabung di band. Dioco merupakan Cassanova dalam bandnya. Cowok flamboyan tulen, style dan penampilan merupakan prioritas utama. Ibarat magnet utama untuk menarik cewek-cewek melihat bandnya saat tampil. Tak ada Dioco, tak ada cewek. Sungguh ironis.

Berikutnya Brian. Dia berperan sebagai guitar rhythm. Gitar klasik adalah genre-nya. Setahu Salam, Brian ini les untuk bisa bermain gitar. Merupakan orang yang paling halus saat bertutur kata, menurut Salam tentu saja.

Prima Ekki Adadhi. Salam sering menganggap dedengkotnya band Most Wanted. Korak, lucu, geje, but so optimistic! Kata-katanya sering diamini oleh anggota yang lain, biar masuk surga. Yo gak lah, hahaha. Dia juga merupakan seorang pesepak bola, walaupun sepertinya dia lebih menekuni band untuk ke depannya. Namun juga tidak tahu lagi, Salam jarang bertemu dengannya.

Berikutnya, Robby Ananta. Keyboard adalah makanannya. Kecil lucu, imut, sedikit gundek-gundek gimana gitu. Absurd lah. Namun sering kali Robby ini berkorban secara materiil untuk Mos Wanted.

Satrio Herlambang Adi Pangestu. Panggilannya Tio, kadang juga dipanggip HAP (tentu dari inisial nama belakangnya). Keyboardist juga, namun hebatnya dia bisa bermain bass, gitar dan drum. Wowowow, secara otodidak. Memang sekarang sih biasa saja belajar otodidak, namun bagi Salam yang baru memahami dunia mic dan perkabelan saat itu merupakan sesuatu hal yang luar biasa. Dan tentu saja menginspirasinya untuk otodidak juga.

Terkakhir adalah Rizki, biasanya dipanggil Papi. Namun Salam memanggillnya Pepi, betapa Salam merupakan anak yang kurang ajar, sering ngganti-ngganti nama orang. Astaghfirullah....Pepi merupakan seorang drummer, yang menurut Salam cara bermainnya sanagat bersih. Very Clean, bahkan sampai sekarang menurut Salam, Pepi merupakan drummer terbersih yang pernah bekerjasama dengannya. Hal itu sangat wajar, karena om atau sepupunya atau apanyalah, pokoknya keluarganya itu merupakan drummer Samsons. Cool!

Sejak hari pertama latihan itulah Salam mulai intens belajar otodidak akan gitar. Perlahan-lahan muka Salam yang berupa kotak seperti buku mulai berubah berupa tubuh wanita seperti gitar. Walau akhirnya sekarang muka Salam tak beda jauh dari orang kebanyakan. Ya, mungkin agak ganteng dikitlah dari yang lain. Hahahaha. Sangat subjektif....

Salam mulai berubah, secara keseluruhan. Dia sekarang jadi bisa lebih enjoy dan lebih konco dengan yang lain. Tidak sekedar sekolah-pulang-sekolah-pulang yang kayak doro dan akademik sekali. Sungguh itu sangat menjengkelkan. Bahkan katanya Salam menjadi seorang pengurus OSIS ketika SMA. Hmmmm....

Di satu sisi yang lain, Salam sangat merasa menyesal kepada Dio. Salam berharap agar Allah memberikan yang terbaik bagi Dio untuk seterusnya. Namun itu merupakan pelajaran berharga bagi Salam. Dio orang yang sangat lapang dada menerima keputusan orang banyak dan menahan ego-nya. Salah satu pelajaran hidup berharga yang pernah Salam dapatkan. Sekarang, siapa coba yang rela posisinya diganti dengan yang lain?

Pelajaran hidup yang lain, Salam menyadari. Bahwa tawaran tak pernah datang dua kali, namun menawar bisa berkali-kali. Bahasa mudahnya, jika kita mengejar kesempatan maka akan banyak waktu untuk kita mengulanginya. Namun jika diberi kesempatan, tak akan pernah datang dua kali. Dan kesempatan yang datang bisa merubahmu dengan banyak sekali pengalaman yang tak ternilai. Saran Salam, jaga kesempatan yang datang padamu, karna tak akan pernah datang dua kali. Dan yang paling penting, kesempatan bisa merubahmu, Kawan!

Ketika pengumuman pemenang lomba pentas seni SMP-nya, 7 Wonders memenangkan juara II. Band-nya Salam juara II. Sebuah anugrah luar biasa bagi seorang amatir. Happy Ending..................