10 Mar 2014

Here I Come

Final All England sedang disiarkan langsung oleh sebuah stasiun TV. Tentu sebuah suguhan yang tak boleh terlewatkan bagiku. Apalagi Indonesia mampu mengirimkan dua wakilnya, di sektor ganda campuran dan ganda putra.

Sedikit tidak bersahabat sebenarnya karena acara ini berlangsung Minggu malam seperti ini. Karena mengingat besoknya Senin. Ya Senin. Hmmmm.....Senin, begitu.....membosankan. Jika ada saat-saat yang disebut perpisahan paling menyedihkan, maka itu bukanlah saat seseorang harus berpisah dengan pasangannya, namun saat minggu malam. Saat seseorang harus berpisah dengan akhir pekan. Itulah saat perpisahan yang paling menyedihkan.

Sebenarnya jika kita sudah menjalani aktivitas normal, maka akhir pekan seperti istarahat sesaat dan pasti tidak akan terlalu malas untuk memulai aktivtas di hari Senin. Namun berbeda ceritanya jika akhir pekan itu adalah pintu gerbang awal untuk memulai aktivitas. Biar ku permudah bahasanya. Begini, minggu malam akan jadi terasa berat jika senin besok adalah hari pertama kau masuk kuliah setelah liburan!

Iya, sungguh, dibutuhkan setidaknya persiapan mental yang matang untuk memulai hari Senin dari sebuah libur panjang hampir sebulan. Setidaknya persiapan sudah ada topeng di tas, berjaga-jaga mengenakannya di muka saat ditanya dosen dan kita tidak bisa menjawab. Entahlah, Kawan, tapi sungguh, persiapan hari Senin pertama masuk itu sungguh berat. Tak bisa diucapkan dengan kata-kata.

Mungkin persiapan yang paling menguras emosi dan tenaga adalah perpisahan dengan rasa bermalas-malasan yang sudah menancap kuat di jiwa. Tapi mungkin juga persiapan yang berat adalah menata buku-buku dan memasukkannya ke tas yang sudah mulai tertutup debu. Dan mungkin bisa saja persiapan yang berat adalah menahan perasaan ingin bertemu teman-teman kembali. Lalu bertanya-tanya bagaimana kabar mereka. Lalu mungkin juga tak sabar betemu seseorang yang lagi ndeketin. Bisa juga bertanya-tanya apakah jamur yang tumbuh di mata teman kita itu sudah menjalar ke bahu atau belum. Sungguh banyak sekali yang dipikirkan di malam minggu terakhir sebelum masuk kuliah kembali.

Final All England ini tidaklah terlalu menarik, karena belum satu pun wakil Indonesia bermain. Seharusnya pula aku bersiap-siap mempersiakan Senin besok dengan siap. Eh, ribet banget sih bahasanya. Pokoknya, sekarang, aku harusnya bersiap. Bukan malah menonton acara ini yang tak jelas buyar-nya kapan.

Dan akhirnya ini dia, wakil ganda putra Indonesia bermain. Melawan pasangan Jepang ini sepertinya sedikit mudah saja. Dari awal saja sudah unggul 3 – 0. Tapi dugaanku keliru, Indonesia tertinggal 2 angka terus pada poin-poin berikutnya. Ya ampun, padahal rekor pasangan kebanggaan tanah air ini sempurna setiap melawan pasangan Jepang itu.

Namun keadaan berbalik, dengan cepat saja pasangan Indonesia sudah unggul 20 – 16. Ah kemenangan set pertama sudah di depan mata. Lalu tiba-tiba saja papa ku berteriak,

“Ash..penyakit!” saat mengetahui pasangan Jepang mampu merebut poin disaat game poin bagi Indonesia.

Penyakit, istilah papa ku untuk mengatakan ketidakbecusan pebulu tangkis Indonesia untuk menyelesaikan game poin. Ya, tinggal secuil langkah lagi itu tak mampu dituntaskan, kondisi 20 – 17. Pikirku masih aman saja, toh masih cukup jauh. Namun dengan cepat saja skor berubah menjadi 20 – 19.

Nggregetno! Ingin rasanya diriku terbang ke Inggris sana lalu mengatakan kepada kedua pebulu tangkis,

“Eh, yang becus dong...” dengan nada bicara anak muda gaul.

Biarlah mengeluarkan uang berjuta-juta, yang penting aku dapat mengatakan nada bicara gaul tersebut.

Oh iya, Kawan, mungkin ada yang bingung ya dengan kata nggregetno. Ehm, kurang lebih samalah artinya dengan geregetan dalam lagu Sherina. Yaaa...bisa dianggap begitu, walau beda tipis sih :/

Tapi untunglah, akhirnya pasangan Indonesia menang 21 – 19. Dan singkat cerita dapat merebut set kedua dengan skor yang sama. Dan tentu saja, pasangan Indonesia menjadi juara All England. Pertama kalinya sejak 2003 sektor ganda putra merebut All Englad.

Sebenarnya acara Final All England ini tidaklah begitu penting dibandingkan persiapan mental untuk masuk besok. Tapi aku tak berdaya, seminggu “menunda” kembali masuk kuliah telah membuat ku terjerumus ke dalam sumur kemalasan. Dan sepertinya aku tak jua menunjukkan minat untuk keluar dari sumur sialan ini.

“Menunda”. Ya, sebenarnya perkuliahan sudah dimulai dari Senin kemarin. Namun karena sebuah “accident”, akhirnya aku harus meneruskan masa istirahat ini seminggu dan baru akan memulai petualangan berat ini besok pagi. Sebuah “accident” yang belum aku ingin ceritakan padamu, Kawan. Bahkan mungkin aku tidak akan menceritakannya di sini. Namun sedikit deskripsi yang bisa kuberikan adalah, Senin kemarin tiba-tiba saja darah mengucur dan perban muka di mana-mana.

Karena itulah aku harus istirahat lagi dan memperpanjang masa liburan. Hehehe, enjoy! Tapi sebenarnya ini pekan yang cukup berat, di satu sisi menyenangkan dan di satu sisi mengkhawatirkan. Namun jika boleh jujur, lebih banyak mengkhawatirkannya bagiku. Seakan-akan rasanya besok Senin aku harus menyiapkan lebih dari dua topeng sekaligus di tas. Tapi rasa khawatir ini sedikit tereduksi, seorang temanku yang menyenangkan dan baik hati sangat membantuku dalam minggu ini J

Saat ini, tunggal putri bermain. Sama-sama dari negeri tirai bambu. Membosankan. Dan akhirnya aku malah mengetik cerita ini. Besok adalah petualanganku. Banyak hal yang harus kukejar. Banyak hal yang harus kulakukan. Dan banyak pula hal yang tak boleh kulakukan, salah satunya tak boleh terkena air, sungguh sangat merepotkan. Namun saat ini, aku ingin menyelesaikan Final All England ini dan baru berusaha keluar dari sumur setelah acara ini selesai. Bolehlah kalian mengatakan bahwa aku sedikit telat untuk melakukan start, dan memang biasanya seperti itu. Sebagai penutup, aku harap wakil Indonesia yang lain juara dan aku harap Senin besok berjalan lancar tidak seperti minggu sebelumnya. Dan besok, adalah petualanganku. Dunia, here I come.