23 Des 2015

Kontemplasi



It’s slightly different between when you said you try and when you really did try. One of them expects the result instantly and the other one expect the result with its struggle.

Use your imagination to answer that fucking question!

Unbeliaveble..
*****
My statement:
“Jika pada kesempatan pertama saya mengatakan ‘iya’, maka dimanakah saya berada sekarang?
Jika pada kesempatan kedua saya memilih untuk melanjutkan, maka bagaimanakah keadaaan saya sekarang?”
 *****
Imagine, if the time travel is trully exist..
Kesempatan pertama
            Mari kita ke lokasi di mana seharusnya aku berkata ‘iya’. Aku cari lokasinya dan kutemukan seseorang yang memberikan penawaran itu kepadaku.
Ketika ku hampiri, dari arah berlawanan dari kejauhan ku temukan diriku yang memang berasal dari waktu ini. Jika ku dahului diriku yang menjawab ‘tidak’ pada orang yang memberiku penawaran, dan ku jawab ‘iya’ maka apa yang terjadi dengan diriku yang berkata ‘tidak’? Akankah dia menghilang? Jika dia menghilang, apakah aku akan melanjutkan kehidupannya? Jadi sebenarnya siapakah diriku yang asli setelah ku rubah jawabanku? Siapakah yang lebih berhak untuk melanjutkan kehidupan setelahnya?
Kesempatan kedua
            Mari kita ke lokasi di mana seharunya aku melanjutkan apa yang telah aku mulai. I need some money but not much to continue. Uang yang ku bawa sudah ku pergunakan sebagaimana hal yang diperlukan untuk melanjutkan perjuangan ini. Hal berikutnya yang harus aku lakukan adalah stop tweeting and keep texting. So clear and straight to the point.
            Pertanyaan yang sama akan terulang. Bagaimana aku menghentikan diriku pada waktu itu untuk tidak melakukan tindakan-tindakan bodoh? Bayangkan aku mampu menghentikannya dengan cara menyekapnya, lalu menguncinya di dalam toilet. Lalu tindakan kriminal telah ku lakukan dan tentu saja aku segera ditangkap. Walau segala usahaku berhasil, berikutnya aku yang berasala dari waktu itu akan mendapat buahnya dan aku berada dipenjara. Seharunya siapakah yang berhak atas segala usaha itu?

Paradoks pertama : Siapakah yang asli?
 *****
Imagine, if the time travel is trully exist..
Kesempatan pertama
            Mari kita ke lokasi di mana seharusnya aku berkata ‘iya’. Aku cari lokasinya dan kutemukan seseorang yang memberikan penawaran itu kepadaku.
            Aku menghampiri seseorang yang memberiku penawaran itu. Aku jawab ‘iya’ untuk penawarannya. Konsekuensi dari masa lalu yang berubah adalah diriku yang berasal dari waktu itu menghilang karena dia tidak akan memiliki masa depan karena keputusan yang diambil berbeda.
            Semua tampak sempurna. Hidup dengan orang yang memberikan penawaran itu sungguh sangat menjajikan akan kebahagian dan kejutan kecil yang menggilitik namun menyenangkan. Walau ombak terkadang menghempas cukup keras, namun secara garis besar kehidupan kita menyenangkan.
            Ditengah semua kesenangan itu timbul pertanyaan dibenakku. Bagaimanakah dunia yang aku tinggalkan dari masa depan itu? Apakah menghilang? Atau mereka tetap ada dengan banyaknya poster tentang kehilanganku yang misterius ke masa lalu itu? Jika memang kehidupan itu tetap ada dan timbul parallel world, maka sebenarnya apakah aku benar-benar mengubah hidupku atau aku hanya lari dari kehidupan yang seharusnya aku berada?
Kesempatan kedua
            Mari kita ke lokasi di mana seharunya aku melanjutkan apa yang telah aku mulai. I need some money but not much to continue. Uang yang ku bawa sudah ku pergunakan sebagaimana hal yang diperlukan untuk melanjutkan perjuangan ini. Hal berikutnya yang harus aku lakukan adalah stop tweeting and keep texting. So clear and straight to the point.
            Hal yang sama terjadi. Aku mengubah segalanya dan diriku yang berasal dari waktu itu menghilang secara sendirinya. Kehidupanku tidak jauh berbeda. Semua tampak sempurna. Hanya saja dengan orang yang berbeda. Kehidupan kita menyenangkan dan penuh petualangan seru. Bersamanya aku keluar dari zona nyamanku untuk mengetahui sari pati bahayanya dunia dan segala adrenalin seru yang ditawarkan.
            Ditengah kesibukanku menaklukkan keanehan dunia, pertanyaan yang sama muncul. Apakah aku benar-benar mengubah kehidupaku? Atau aku hanya lari dari kehidupan seharusnya aku berada dan malah memunculkan parallel world? Manakah dari sekian banyak parallel world yang ada terdapat diriku yang asli?

Paradoks kedua: Parallel World?
 *****
Imagine, if the time travel is trully exist..
Kesempatan pertama
            Mari kita ke lokasi di mana seharusnya aku berkata ‘iya’. Aku cari lokasinya dan kutemukan seseorang yang memberikan penawaran itu kepadaku.
            Aku telah merubah titik penentu, yaitu jawaban ku yang berawal ‘tidak’ telah berganti menjadi ‘iya’. Aku lanjutkan kehidupan masa lalu ku. Detik berganti menit. Dalam kurun waktu kurang dari 5 jam, kesempatanku yang telah aku ganti tersebut telah menjadi pertemuan kecil pertama kami yang indah pada suatu konser di stadion. Stadion yang selalu lebih penuh ketika ada konser daripada pertandingan klub sepak bola kota ini sendiri. Sepak bola di kota ini mati, itulah yang dapat ku gambarkan.
            Hari berganti bulan. Hubungan kami intens namun tak merubah apapun. Bulan berganti tahun. Seseorang yang memberikanku penawaran tersebut keluar meninggalkan kota beku ini. Aku stuck dan terjebak di sini. Bertahun-tahun kemudian aku menyadari. Tak ada yang berubah. Aku tetap dikota beku ini seperti selamanya dan orang tersebut entah ke mana rimbanya.
            Pertanyaan timbul dibenakku. Jika berakhir sama, lalu apa yang sebenarnya aku rubah?
Kesempatan kedua
            Mari kita ke lokasi di mana seharunya aku melanjutkan apa yang telah aku mulai. I need some money but not much to continue. Uang yang ku bawa sudah ku pergunakan sebagaimana hal yang diperlukan untuk melanjutkan perjuangan ini. Hal berikutnya yang harus aku lakukan adalah stop tweeting and keep texting. So clear and straight to the point.
            Semua tujuanku mudah saja aku lakukan dan segera saja perjuangku berlanjut dengan timbulnya hubungan kami yang kontinyu. Singkat saja, hanya dalam hitungan bulan, dia harus pergi menuju kota tropis dengan dua musim. Sungguh menyenangkan dengan kehangatan yang akan dirasakannya sepanjang tahun. Sedangkan diriku, kota yang selalu dingin ini terkadang membuatku kewalahan sendiri melawan hawa dingin yang selalu dibawanya.
            Sama saja. Tidak ada yang berubah. Aku dengan kehidupanku dan dia dengan kehidupannya. Menyebalkan. Sebenarnya apa yang telah aku rubah?
Ini sama saja seperti waktu adalah aliran sungai yang deras, sedangkan usahaku untuk merubah masa lalu adalah dengan cara melempari aliran sungai tersebut dengan kerikil. Yang terjadi hanyalah riak kecil, namun aliran sungai tetap akan mengalir ke mana seharusnya dia mengalir.

Paradoks ketiga: Waktu seperti aliran sungai?
 *****
Sekarang inilah aku, berkontemplasi untuk memikirkan tentang “Imagine, if the time travel is trully exist..” dan efeknya yang akan terjadi dengan statement awalku:

“Jika pada kesempatan pertama saya mengatakan ‘iya’, maka dimanakah saya berada sekarang?
Jika pada kesempatan kedua saya memilih untuk melanjutkan, maka bagaimanakah keadaaan saya sekarang?”

            Hal pertama yang harus kita pahami bersama adalah, jika aku memang benar membuat perubahan pada kesempatan pertama, maka kesempatan kedua kemungkinan tidak akan datang. Namun, jika aku merubah kesempatan kedua maka kesempatan pertama tidak akan dapat aku rubah. Memilih. Itulah yang harus aku lakukan. Merubah kesempatan pertama atau merubah kesempatan kedua.
            Seperti yang telah ku sampaikan, andaikan aku merubah kesempatan pertama. Di manakah aku berada sekrang? Jawaban yang cukup sulit. Namun aku perkirakan aku tidak akan berada di kota beku yang seperti senantiasa ditutupi es ini. Dia menghilang meramba dunia. Maka aku akan di mana dia sekarang.
            Dapat ku perkirakan hubungan yang menyenangkan, damai, tenang, dan kejutan-kejutan kecil yang menghibur. Beberapa guyonan lucu sambil menikmati keindahan hidup yang sederhana dan bersahaja akan menjadi topik utama dalam kehidupan kami.
            Namun, jika aku merubah kesempatan kedua, bagaimanakah keadaan aku sekarang? Satu hal yang dapat hampir aku pastikan adalah aku akan jauh lebih ceria dan membahana dalam berbicara akibat dari adrenalin yang aku ambil di setiap kesempatan kehidupan kami. Bisa saja kami tetap di kota beku ini, namun apakah kalian tidak akan menggadaikan apa saja untuk menikmati keindahan dan bahayanya dunia? It’s okay to stay in town.
            Dapat ku bayangkan kehidupanku juga yang penuh dengan kepuasan karena tidak menanggung malu akibat berhentinya perjuangku di tengah jalan. Aku akan dapat menegakkan kepala dan berkata, “I’m the fighter. Do what I believe ‘till the end!”. See? Hanya dengan membayangkannya saja aku sudah dapat membayangkan perubahan-perubahan yang mungkin terjadi dalam hidupku.
            Namun apapun itu, kesempatan pertamaku dan kesempatan keduaku menawarkan hal yang berbeda, walau ombak kecil terkadang menerpa kapal kehidupan kami, kita tetap menjalani kehidupan dengan rasa dan bau kesenangan yang berbeda. Semua hal tersebut hanya dalam bayangan imajinasiku. Namun marilah kita beralih kehidupan saat ini.
            Inilah aku. Di manakah aku sekarang berada? Kota dingin yang hampir selalu diselimuti es dengan klub sepak bolanya yang mati. Bagaimanakah keadaanku sekarang? Menundukkan dan mengawasi jalan yang aku tempuh jauh lebih menyenangkan daripada menjumpai orang-orang yang mengetahui bahwa aku berhenti ditengah perjuangan. What a shame. Sungguh menyedihkan memang, namun lihatlah lebih dekat lagi.
            Sekarang kehidupanku bersama seseorang yang berusaha untuk mengerti segala kekuranganku. Sulit dibayangkan bagaimana cara kami bertemu, namun dengan segala kajaiban dunia dan kejutan kecil yang selalu dibuatnya, kami sekarang bahagia. Aku tak perlu untuk berubah menjadi sok sederhana dan bijaksana atau berubah menjadi orang penuh semangat api dengan busungan dada yang percaya diri dan membanggakan. Aku cukuplah menjadi aku dengan segala perjuangan hidup untuk mencapai fitrah dan keinginan yang ingin aku capai.
            Aku tetap berada di kota beku juga bukan masalah. Disetiap kami ada waktu maka kami akan pergi menuju kota lain. Aku tidak menikmati adrenalin akibat bahayanya dunia juga bukan masalah. Setiap kami ke kota lain kami berusaha menaklukkan tantangan-tantangan kecil yang ditawarkan kota tersebut. Lengkap. Itulah hidupku sekarang. Dan yang paling penting adalah aku telah menjadi aku.
 *****
It’s slightly different between when you said you try and when you really did try. I really did try, and I know the struggle to get my result from my question.
And I use my imagination to answer my question.
And the result is....unbeliaveble.



 *****

Wait a minute,

            Jika jauh sebelum kesempatan pertama datang aku tetap mengejar orang tersebut, maka akankah aku membuat sejarah dunia berubah?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar