8 Feb 2013

Hey! It's Junior High School!


Memang benar sekali jika SMA itu masa yang…aduh luar biasalah. Walau aku masih SMA, tapi aku sudah bisa merasakan rasanya SMA. Hm, yaiyalah, kalo belum SMA ya belum bisa ngerasain masa SMA. Okay, back to the topic, karena di SMA kita semua bisa tahu yang namanya anak muda dengan semangat berapi-api tentang segala sesuatu. Mulai semangat membara tentang membangun Indonesia, semangat membangun masa depan, hingga semangat membangun rumah tangga yang sakinah. Waduh.

Di masa SMA pula kita seperti anak yang mulai secara perlahan apa itu yang namanya dunia. Hingga kita menyadari apa itu yang namanya “hidup tak semudah angan”. Namun asiknya, walau semakin banyak kenyataan-kenyataan yang menyadarkan kita akan yang namanya dunia itu kejam, kita tetep kekeuh punya semangat berapi-api. Itu asiknya.

Sebentar, tapi kali ini kita gak akan bahas masa SMA, bro. Karena nanti ada ceritanya sendiri (semoga penulis bisa dapet ilham untuk membuat FHU! It’s Senior High Hell Yeah School, Man! Amin). Tapi kali ini kita akan bahas apa itu, yang saat itu, aku, penulis geje, saat sedang SMP.

Jika teman-teman lihat profilku, yang bisa diklik aja di sini My Profile. Maka teman-teman akan tahu bahwa aku alumni SMP Negeri 6 Surabaya. Sebenarnya tujuanku ngasih link profil adalah dengan harapan dapet follower atau friend baru, hehe.

Okay, SMP Negeri 6 Surabaya atau julukannya Spensix. Secara objektif (InsyaAllah) adalah salah satu SMP yang cukup terpandang dan favorit di Surabaya, bersama SMP-SMP lain, seperti SMP * Surabaya, SMP * Surabaya, SMP ** Surabaya, SMP ** Surabaya, dll. Maaf, saya tak bisa sebut merek karena saya ndak dibayar untuk menyebutkan nama mereka. Tapi kalo Spensix pengecualian, aku alumni sana man! Dan aku bangga, bukan show off, tapi cuman mau promosiin SMP 6 Surabaya, itu aja.

Nah, itu pandangan objektif, pandangan subjektifnya gimana? Yeah, you know, banyak sekali SMP-SMP lain mengejar akademik doang. Tapi Spensix beda gays! Salah, guys! *typo, maap-maap. Spensix itu sangat ngimbangin akademik dan non-akademiknya. Lebih tepatnya Spensix ngarahin ke musik. Maklumlah, Ahmad Dhani, yang controversial dan senang bikin ulah ndak perlu itu, adalah alumni SMP 6 Surabaya! Bukan sombong, fakta. Suer. Nah, jika teman-teman ada yang bingung mau masuk SMP mana, maka SMP 6 Surabaya merupakan pilihan yang paling tepat. Dengan tidak mengurangi rasa hormat pada SMP lain yang ada di Surabaya, no offense, no heart feeling, it’s just an advice ^_^v

******

SMP, itu masa di mana kita merasa sudah besar banget. Padahal yah, masih aja anak kecil. Jadi SMP itu asiknya, walau kita masih kecil dan belum bisa melihat dunia yang sebenarnya, tapi kita bisa sesumbar apapun seakan kita sudah begitu sangat dewasa, hahaha. Asiknya lagi, hidup ndak banyak sedihnya, bro. Kehidupan pun masih sangat simple ndak kayak SMA yang harus mikirin ini-itu, itu-ini, aku-kamu, kamu-aku, yang ini digarap dulu, yang itu digarap nanti, dan tetek bengeknya. SMP, sangat simple dengan penuh kesombongan seakan telah besar, hahaha.

Aku waktu masa SMP dulu pun sangat simple, mempunyai rutinitas yang sama tiap harinya. Berangkat dianter, Istirahat 1 ngapelin kelas pacar, istirahat 2 makan siang, main, trus pulang naik angkot. Sooooo…..simple! Every day! Ya, mungkin jika teman-teman masih waras dan berpikiran normal, ndak sepatutnya pacaran. Tapi waktu itu saya ndak waras dan berpikiran ndak normal, jadi mohon maaf ya. Pertanyaannya satu, apakah sekarang saya waras dan berpikiran normal?

Okay, aku waktu SMP gila. Tapi bukan berarti aku tidak memberi sumbangsih pada almamater. Sedikit info aja, pada saat kelas VII, Open Air (acara musiknya Spensix), band-ku juara II. Aku waktu itu kebetulan jadi vokalisnya. Lalu, aku sedikit mahir di otak-atik elektonik saat itu. Dan yang paling mencengangkan, dengan kegilaan yang kupunya saat itu, aku berprestasi di olimpiade! Olimpiade konyol tentu saja.

Nah, klimaksnya adalah saat rutinitas itu mulai tergores, terluka, terbuka, dan hancur berantakan. Aku, putus. Ecieeeee…..gue waras man,(waktu itu, sekarang?) huahahaha. SMP adalah masa yang kelam, you know. It means pacaran itu kelam, membuatku bukan jadi anak orang tapi jadi anak monyet. Akhirnya istirahat 1, aku alihkan pandanganku pada kantin. Gagal, ku alihkan pandanganku pada lapangan dan futsal. Gagal, ku alihkan pandanganku pada….capsa. Berhasil! Permainan kartu yang sangat popular membahana, bagi aku waktu itu. Jadi kalo saya ndewo luar biasa pada permainan kartu, mohon maaf ya, karena aku bahkan main capsa saat pelajaran bro!

Dan yang membuat asik adalah….I was breaking the rule. Aku mbawa motor ke Spensix. Ya tahulah, SMP mana boleh bawa motor. Hingga akhirnya aku parkir motorku di……eits, maaf ya, saya ndak akan mbuka rahasia perusahaan, kasihan teman-teman yang sekarang lagi mbawa motor ke Spensix. Ndak bisa hidup nanti boi…

Begitu indah. Serasa kemenangan yang wow sekali. Jika aja ada back sound lagunya Van Hallen yang judulnya Sweet Victory, maka aku akan puter lagunya Muse – Survival berulang-ulang. Ndak nyambung? Geje? Pengen nggebukin penulisnya? I know. Gak usah dibesar-besarkan, itu israf namanya. Okay, take it easy, don’t be mad……

So, rutinitas yang dari berangkat dianter, Istirahat 1 ngapelin kelas pacar, istirahat 2 makan siang, main, trus pulang naik angkot berubah menjadi berangkat naek motor, istirahat 1 capsa, istirahat 2 makan capsa, main capsa, trus pulang naek motor sambil capsa. Ya ndaklah, mati ding. Pulangnya normal, naek motor biasa. Dan aku sangat enjoy sekali dengan rutinitas simple ala SMP waktu itu. Dan ternyata, dengan rutinitas yang berganti itu, mampu merubah ku dari anak monyet menjadi anak setan……

2 komentar: