9 Feb 2013

Why so Serious?


Salah satu guruku pernah bercerita. Bahwa dulu sekitar tahun....tahun berapa lupa. Yang penting sudah dulu banget. Ada seorang artis terkenal, yang tentu aja terkenal pada jaman itu, sedang jalan-jalan di mall. Lalu ada seorang ibu-ibu, tanpa liat kiri kanan, mendatangi itu artis ketika di mall. Nyerocos bentar, terus nampar itu artis di mall, di tempat umum.

Si artis terpana, lalu dengan gerakan slow motion....ya ndaklah ya. Si artis cuman bengong aja. Hingga akhirnya di usut dan di proses deh si ibu-ibu itu. Lalu si ibu-ibu ketika ditanyai alasan mengapa menampar si artis, si ibu-ibu menjawab, "Dia itu kurang ajar. Coba lihat, gara-gara dia, si lakonnya dalam sinetron ini jadi sengsara."

Wow! Unbelievable! What god damn, you know. Tapi kawan, tahukah kau apa yang dilakukan si artis? Dia cuma tersenyum, dan diam saja. Tanpa menuntut secara hukum si ibu-ibu. Tahu alasannya? Alasannya simple, si artis mengatakan bahwa aktingnya tersebut telah berhasil. Buktinya ada yang menganggap peran antagonisnya itu nyata seperti aslinya. Dan ia bangga akan kemampuan aktingnya hingga akhirnya tidak menuntut apapun pada si ibu-ibu. Padahal, sebenarnya bisa saja tu artis nuntut, karena itu seperti penganiayaan, di tempat umum pula, diliatin orang pula. Malu kan man kalo kayak gitu.

Mungkin itu juga perasaan yang sama yang dirasakan oleh seorang penulis. Maaf ya, bukan maksudnya gimana, tapi kau tahu teman, tak segalanya fakta, dan tak selamanya palsu yang ditulis oleh penulis. Bukan panelis lho ya, kalo panelis beda lagi. Hoho, gak nyambung ya. Gak lucu juga ya. Maaf ya, maunya sih membuat teman-teman ketawa, tapi sungguh ironi, aku gak nemu bahan buat ngelucu. Sorry, aku hanya pengen buat kalian tersenyum guys :’<

Penulis hampir sama halnya dengan artis. Mereka mempunyai dunia nyata, dan dunia peran (kalo penulis mungkin dunia imajinasi ya lebih tepatnya). Artis, biasanya sangat mendalami perannya hingga menunjukkan kesan itu bukanlah suatu akting, namun kehidupannya nyata. Padahal ya tetep aja, itu cuman akting, pura-pura doang. Dan penulis pun juga seperti itu, menceritakan apa yang ia imajinasikan hingga menimbulkan kesan itu sebagai sesuatu yang benar-benar nyata. Penulis tenggelam di dalam imajinasinya, menghirupnya dan membungkusnya dengan rangkaian kata.

Honestly, when some people took my story so serious as real as my life, well...what can I say? It's cool!!!! Well, actually I was shocked. But I’m happy, and it's cool. Kawan, tidak semuanya fakta. Ada beberapa yang fakta, ada yang hanya guyonan, dan ada juga bumbu tambahan yang sama sekali sampah tidak ada sangkut pautnya sama dunia nyata, sehingga akhirnya imajinasi yang terbentuk dalam batok kepala ini membentuknya menjadi suatu cerita komedi yang menurutku lucu. Semoga teman-teman juga menganggap lucu komedinya, amin. Inget guys, aku hanya ingin membuat kalian tersenyum :’<

Kawan, sungguh saya sangat senang ketika ada yang meyakini itu benar-benar nyata. Bahkan kalo bisa diumumin lewat radio, jangan, lewat televisi, atau...terserahlah, yang penting media massa bahwa saya senang. Tapi apa yang bisa ku katakan? Tak semuanya itu fakta. But thank you so much guys, because you feel so interested on it when you read it.

Lalu teman-teman pasti timbul pertanyaan, mana yang fakta dan mana yang hanya bumbu tambahan? Iya ndak? Sudah, iya ae lho, biar ini crita tambah panjang, hehe. Well, like a magic. Kau akan terpana ketika tidak tahu rahasianya. Tapi kau akan bosan ketika sudah tahu trik sulapnya. Semudah itu alasannya. Hahaha. Terima kasih banyak, kawan.

Eh jangan lupa buka My Profile ya, lihat contact infonya, simpen email saya (itu termasuk ym), klik follow pada profil twitter saya, klik request as a friend pada facebook saya, trus kalo kamu cowo, please, jangan ajak saya jalan berdua dengan Anda. Karena saya normal, tapi kalo bertiga bolehlah :* He ndak he, saya normal. Semudah itu... ;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar