2 Feb 2013

It's All About.... Rest, Minds, and Life

Seminggu terakhir ini tubuh tidak fit. Hingga banyak waktu-waktu kemarin itu ku buat istirahat. Bukan berarti itu artinya dunia harus tahu aku sakit seminggu kemarin, bukan, bukan itu. Jangan berpikiran macam-macam lho ya. Oke, kembali ke tujuan utama. Selama waktu-waktu istirahat tersebut, pikiranku melayang ke mana-mana. Banyak sekali tempat, seperti ke pedesaan, Eropa, masa lalu, hingga ke jamban. Hingga dari pemikiran-pemikiran itu ku buat puisi. Entah mengapa keinginan untuk berpuisi sangat membuncah selama waktu-waktu istirahat untuk mengembalikan kondisi tubuh ini.
Puisi-puisi di bawah ini tidak kuurutkan berdasarakan tanggal pembuatan. Tapi ku urutkan (yang InsyaAllah) sesuai dengan selera kawan-kawan semua. Sehingga kawan-kawan tidak melulu bingung hingga butuh pegangan. Tapi jika nanti kawan-kawan bingung, pegangan. Karena sangat berbahaya, bisa jatoh gara-gara bingung. Oke B)

So this it! It's all about.... Rest, Minds, and Life.


1. Kembung

Aku tak mengerti.
Berkali-kali kau sajikan kopi.
Beribu orang sudah kau suguhkan.
Tapi mengapa kau selalu memberiku kopi dingin?
Padahal orang lain kau beri kopi hangat.
Berkali-kali ku tanyakan pada mu mengapa.
Tapi jawabmu sama saja, "Tidak ada apa-apa."
Sampai diriku bingung harus berbuat apa.

Sekarang,
Bukan ku bosan padamu.
Bukan pula ku muak padamu.
Hanya saja, kopi dinginmu membuat perutku kembung.
Lama-lama perutku tak kuasa menahan kembung itu.
Maka....daripada perutku menderita.
Bukankah sangat rasional jika ku tidak lagi meminum kopimu?


2. Lalat

Jika saja waktu itu ku katakan "Iya" padanya.
Maka aku tak akan mengenalmu.
Tak akan pula mengenal kalian.
Tapi waktu itu ku katakan "Tidak" padanya.
Sehingga aku mengenalmu,
dan juga mengenal kalian.

Ke mana rimbanya?
Prancis? Rusia? Entahlah.
Ke mana rimbamu?
Aku juga tak tahu.
Apa aku menyesal? Tidak.
Ku tahu tak satupun topik yang dapat ku penuhi darinya.
Sehingga ku berkata "Tidak".
Begitupun juga dirimu, tak satupun topik yang dapat ku penuhi.
Sehingga tetaplah seperti ini.

Walau lama sudah tak bertemu.
Beruntunglah si Indri,
seorang street performance kawan lamaku yang sudah berkepala tiga.
Walau tak ada satupun yang dapat ia penuhi,
dia masih dapat satu.

Aku tak peduli.
Aku bebas, mengikuti kata hati.
Sehingga aku kaya akan sari pati kepuasan hati.
Aku ibarat lalat yang ingin menjadi kupu-kupu.
Dari serangga yang diusir menjadi serangga yang ditaksir.
Muskil, namun aku percaya.

Umurku dua puluh lima.
Sudah ada dua usaha besar.
Sudahkah aku menjadi kupu-kupu?
Sudahkah aku memenuhi topikmu?
Sudahkah aku memenuhi topiknya?
Tidak, aku masih lalat.
Dan belum satupun topik terpenuhi.

Jika saja waktu itu ku katakan "Iya" padanya.
Maka sekarang, aku akan bersamanya di Eropa.
Dan aku tak akan mengenalmu.
Tak akan pula mengenal kalian.
Tapi, walau aku bersamanya di Eropa,
Aku masih lalat yang ingin menjadi kupu-kupu.

3.  Kembali Benar

Minggu, aku terperosok.
Senin, aku hampir mati.
Selasa, aku ditendang.
Rabu, aku ingin kembali pulang.
Masih sudikah Tuhan?

4. Kata Milikmu

Allah mempunyai maksud tersendiri untuk mempertemukanku denganmu.
Usiamu satu tahun di bawah ku.
Tapi aku kagum padamu.
Walau beberapa pikiranmu membuatku menjaga jarak denganmu.
Namun tak terbantahkan bahwa kata milikmu lebih bijak dari kata milikku.
Masih ingatkah dirimu?
Ketika kau mengatakan tentang makananku?
Kawan, kata milikmulah yang membuatku puasa.
Puasa akan sesuatu yang berlebihan.
Dan dengan kata milikmu pula Allah memberiku kesembuhan.


5. Waktu

Jangan kau harap dia datang.
Minggu lalu, sudah kau putuskan untuk membuang.
Bukan pandangan pesimis, Kawan.
Hanya saja......
Waktu tak mungkin terulang.

6. Pembuatnya

Tak banyak yang mengenalku.
Tapi banyak yang mengenal hasil karyaku.
Hitam, kecil, sering kali diseduh.

Karyaku sungguh nikmat.
Tapi tak ada yang mengenalku.
Di sini, aku tepat pada garis kekurangan.

Tiga anakku.
Si sulung mengikuti jejakku.
Si tengah punya usaha kecil yang lucu.
Si bungsu, perhatian utamaku.
Tak ku ingin si bungsu mengikuti ku.
Tak pula ku ingin si bungsu senasib dengan ku.
Ku ingin si bungsu membangun klan dari awal.
Mengangkat martabat yang terbuang.

Hei, kau tahu kopi kan?
Akulah pembuatnya.

7. Masa Lalu

Jika aku bisa kembali.
Aku tak akan menemuimu.
Jika aku bisa kembali.
Akan aku perbaiki kekuranganku.
 Jika aku bisa kembali.
Akan pula aku maksimalkan perjuanganku.
Sayang....masa lalu tak bisa terulang.

8. Balon

Dia menunjuk sesuatu.
Aku memperhatikannya lama sekali.
Dia sangat lucu menurutku.
Walau dia acuh padaku, dan masih menunjuk sesuatu.

Dia genggam tangan pria di sampingnya.
Aku melihatnya lama sekali.
Dia masih mengacuhkanku.
Matanya mulai sembab dan masih menunjuk sesuatu.

Aku terus memperhatikannya.
Dia masih acuh dan dia mulai menangis.
Aku bingung, pria di sampingnya bingung.
Kuperhatikan baik-baik apa yang ia tunjuk.

Ternyata,
Anak kecil itu ingin balon.
Ya ampun, balon!

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ya begitulah. Banyak sekali pemikiran aneh, walaupun ternyata tidak ada pemikiran tantang jamban. Kau bingung? Tidak apa-apa, aku pun juga bingung. Haha :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar